SEJARAH AWAL PAROKI SANTO ALFONSUS - NANDAN YOGYAKARTA
Disusun oleh :
Tim Penyusun
Drs. FA Susanto Purbokusumo
(Koordinator)
Ign. Wintolo
T. Parmin Sukardi, S.Pd
Drs. YB Poniran
Catatan:
Para Penyusun termasuk pelaku sejarah dari
yang tertulis ini.
Semuanya pada tahun 2010 sudah berusia lansia
(60 tahun ke atas).
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan
kepada Allah Yang Mahakasih karena atas berkat, rahmat dan pertolonganNya telah
berhasil disusun sejarah ringkas Gereja Paroki Administratif Santo Alfonsus
Nandan Yogyakarta.
Sejarah ringkas ini
disusun dengan maksud untuk menyampaikan pesan dan catatan kepada generasi
selanjutnya agar mereka mengenal dan memahami proses lahirnya Gereja Paroki Administratif
Santo Alfonsus baik Gereja sebagai umat Allah maupun sebagai gedung gereja.
Gereja Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan dibangun dengan penuh
keprihatinan dan perjuangan oleh para pendiri yang didukung seluruh umat. Modal
utama adalah semangat pengabdian, perjuangan, dan kebersamaan seluruh umat.
Modal materil sangatlah minim.
Umat Katolik Paroki
Administratif Santo Alfonsus Nandan tumbuh dari jumlah umat yang sangat kecil
hingga menjadi Paroki dengan gedung gereja yang cukup megah dan tanah yang
luas. Dalam hal ini pertumbuhan umat Katolik dirintis oleh para Bruder Karitas
Nandan dan dibesarkan oleh para Romo dan para Frater dari komunitas CSSR,
terutama di bawah bimbingan Romo Willy Wagener CSsR.
Lewat sejarah
ringkas ini diharapkan memberikan inspirasi kepada seluruh umat dapat
menghargai hasil perjuangan para perintis terdahulu. Selanjutnya umat mampu
menjaga, memelihara dan melanjutkan semangat perjuangan dalam kebersamaan untuk
membangun paguyuban gereja yang kuat, mandiri dan ekaristis. Sudah banyak
kegiatan yang pernah dilakukan oleh umat sejak awal yang pada akhir-akhir ini
kegiatan-kegiatan itu tidak nampak lagi.
Dengan tersusunnya
sejarah ringkas ini tim penyusun atau penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
Romo Willy Wagener CSsR, Bruder Yoachim FC, Bruder Yoanes FC dari Bruderan
Karitas, Romo Andreas Suhono CSsR dan Bapak Y. Ponijo yang telah memberi
masukan kepada Tim untuk penyusunan sejarah ini. Terimakasih kepada Dewan Paroki
Administratif Santo Alfonsus Nandan yang telah memberi kepercayaan kepada tim
penyusun dan atas segala dukungannya.
Penyusun menyadari
bahwa penulisan sejarah ini jauh dari sempurna, banyak kekurangan karena
berbagai keterbatasan. Segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Untuk itu diucapkan
banyak terimakasih
Tim Penyusun
Koordinator
Drs. FA Susanto Purbokusumo
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.Pentingnya sejarah
2.Pertumbuhan Umat
Katolik
BAB II PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN UMAT KATOLIK
PAROKI ADMINISTRATIF SANTO ALFONSUS NANDAN
1.Umat Katolik Awal
di Nandan
2.Berdirinya
Komunitas Bruder Karitas Nandan
3.Pembentukan Kring
Karitas Nandan
4.Kehadiran Romo YB.
Mangunwijaya, Pr.
5.Masa Vakum Pastur
6.Kehadiran
Komunitas CSsR
7.Pembentukan Stasi
Santo Alfonsus Nandan
BAB III PEMBANGUNAN
GEDUNG GEREJA PAROKI
ADMINISTRATIF ALFONSUS NANDAN
1.Pembentukan
Panitia Pembangunan
2.Pembentukan
Yayasan Papa Miskin
3.Tugas Panitia
Pembangunan
3.1 Pengadaan Tanah
Pengumpulan Dana
Merencanakan
Pembangunan
Mengurus Perijinan
Pelaksanaan
Pembangunan Gedung Gereja
Pembentukan Paroki
Administratif Santo Alfonsus Nandan sampai menjadi Paroki penuh
============================================================
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pentingnya sejarah
Sejarah diartikan sebagai
kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau. Dengan belajar dan mengenal sejarah masa lampau, orang dapat memperoleh
pengetahuan, pengenalan dan pengalaman mengenai apa yang sebenarnya telah
terjadi pada masa lampau. Pengalaman sejarah masa lampau memberi pelajaran yang
berharga bagi kehidupan sekarang dan yang akan datang. Kehidupan atau peristiwa
yang terjadi sekarang tidak lepas dari peristiwa sejarah yang terjadi pada masa
lampau. Kehidupan manusia mengalami proses sejarah. Ada kata nasehat “Jangan
sekali-kali melupakan sejarah”, agar tidak kehilangan arah. Maka mengenal
sejarah adalah penting.
Demikian juga gereja Paroki Administratif
Santo Alfonsus Nandan Yogyakarta baik gereja yang berupa gedung maupun gereja
yang hidup sebagai umat Allah mengalami proses sejarah. Gereja Paroki Administratif
Santo Alfonsus Nandan lahir melalui proses sejarah yang cukup panjang yang
penuh keprihatinan dan perjuangan. Perjuangan dirintis oleh beberapa orang
tokoh dan umat Katolik mulai dari nol. Dalam arti mereka sama sekali belum memiliki sarana prasarana peribadatan
sama sekali.
2. Pertumbuhan Umat Katolik
Pada awalnya wilayah yang sekarang menjadi PAROKI ST. ALFONSUS - NANDAN adalah sebagaian masuk wilayah paroki Kotabaru Yogyakarta, sebagaian masuk paroki Mlati, dan sebagian masuk paroki Kemetiran Yogyakarta, dengan jumlah umat Katolik masih
sangat sedikit hanya terdiri dari beberapa keluarga dan beberapa muda-mudi yang
belum berkeluarga. Umat yang dibaptis pertama kali dari wilayah yang sekarang menjadi wilayah paroki St. Alfonsus, dibaptis oleh pastor dari Paroki Mlati pada tahun 1936. (mulai tahun itu di wilayah yang sekarang menjadi Paroki Nandan - iman katolik mulai hidup). Sedikit demi sedikit jumlah umat Katolik semakin bertambah.
Pertumbuhan umat Katolik menjadi semakin meningkat sejak hadirnya (berdirinya)
Komunitas Bruder Karitas Nandan pada tahun 1961. Berdirinya Komunitas Bruder
Karitas Nandan adalah atas persetujuan Mgr. Sugiyapranata SJ, Uskup Agung
Semarang. Uskup Agung Semarang menganjurkan agar Bruder Karitas membuka
sekolah.
Mgr. Albertus Soegijapranata SJ
Mengenal lebih lanjut silahkan klik DI SINI
Mengikuti strategi pastoral dari Keuskupan Agung Semarang
Maka pada tahun 1962 dirintislah pembangunan
SD dan SMP Karitas Nandan, Sebelum memiliki gedung , operasional sekolah yang dimulai
tanggal 1 September 1963 meminjam rumah penduduk Nandan yaitu di rumah keluarga
Bapak Pawiro Suwignyo (yang terletak di sebelah timur gedung SD Karitas
sekarang).
Inilah Altar permata yang pernah ada di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Paroki St. Alfonsus Nandan. Altar ini berada di ruang sekolah Karitas Nandan bagian ujung Barat paling Utara (sekarang untuk ruang Kepala Sekolah SMP Karitas Nandan). Pada awalnya ruang itu untuk kapel di mana Para Bruder Karitas berdoa dan merayakan Perayaan Ekaristi yang diikuti oleh umat awal yang berhimpun dari wilayah yang sekarang menjadi wilayah Paroki Nandan.
-----------------------------------
Dalam Peresmian menjadi Paroki St. Alfonsus Nandan, Komunitas Bruder Karitas di Nandan diberi gelar - 'membidani' lahirnya paguyuban umat Katolik awal dari Paroki St. Alfonsus - Nandan.
Istilah lain: kehadiran Komunitas Bruder Karitas di Nandan pada awal mula ibarat 'menghimpun - balung pisah umat diaspora menjadi paguyuban yang hidup' (karena sudah ada umat katolik di wilayah tsb), sehingga umat berhimpun menjadi paguyuban dan bertumbuh-kembang di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Paroki Paroki St. Alfonsus - Nandan.
-------------------------------
Kehadiran Bruder Karitas dan SD Karitas
itu mempunyai dampak sangat positif terhadap pertumbuhan umat Katolik di Nandan
dan sekitarnya. Lewat pembinaan para Bruder Karitas dan para Katekis, umat Katolik
mengalami pertumbuhan dan perkembangan cukup berarti. Jumlah umat Katolik
semakin bertambah banyak. Bahkan kemudian berkembang menjadi sebuah Kring yang
disebut Kring Karitas Nandan di bawah Paroki Santo Aloysius - Mlati . Pada
awalnya umat Kring Karitas Nandan sejak atahun 1963 digembalakan oleh Romo Wignyomartoyo, Pr (pastor Paroki Mlati) kemudian diserahkan kepada Romo YB. Mangunwijaya, Pr pada
tahun 1968.
Perkembangan umat Katolik Kring Karitas
Nandan menjadi semakin pesat dengan kehadiran komunitas CSsR yang pada awalnya
untuk sementara melaksanakan Perayaan Ekaristi Minggu di Bruderan Karitas
Nandan sejak tahun 1977. Di bawah bimbingan dan pembinaan para Pastor dan para Frater
CSsR umat Katolik mengalami banyak kemajuan, terutama di bawah bimbingan Romo
Willy Wagener CSsR. Stasi Karitas Nandan berkembang terus dan mengalami
peningkatan menjadi Stasi dan akhirnya menjadi Paroki Administratif Santo Alfonsus
Nandan di bawah Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta ..
Kegiatan peribadatan Misa Kudus, pada
pertama kali di Nandan dilaksanakan di salah satu ruangan SMP Karitas Nandan
yang sekarang sebagai kantor SMP Karitas. Kemudian pada tahun 1967 dibangun
rumah biara Bruder Karitas dengan sebuah kapel yang cukup besar di sebelah
utara gedung sekolah Karitas. Perayaan Ekaristi selanjutnya menempati Kapel Bruderan
Karitas (menampung kurang lebih 150 orang).
Kapel Bruderan Karitas Nandan
Pada tahun 1968 umat Stasi Nandan
jumlahnya menjadi semakin bertambah banyak sehingga kapel Bruderan sudah tidak
mampu menampung lagi . Perayaan Misa pada hari-hari besar Natal dan Paskah
diselenggarakan di aula SD/SMP Karitas Nandan.
Timbul gagasan untuk membangun Gedung
Gereja yang baru. Di bawah bimbingan
Romo Willy Wagener CSsR dan atas bantuan Bruder Karitas serta Suster ADM
Kotabaru Yogyakarta, umat Katolik Stasi Nandan berhasil menghimpun dana dari
berbagai sumber untuk pengadaan tanah dan membangun gedung gereja yang cukup
megah seperti sekarang ada.
BAB II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
UMAT KATOLIK PAROKI ADMINISTRATIF SANTO ALFONSUS NANDAN YOGYAKARTA
1. Umat Katolik awal di Nandan
Sekitar tahun 1960 umat katolik yang ada
di teritori yang sekarang menjadi wilayah Paroki Nandan tersebar di beberapa dusun yang jumlahnya masih sangat
sedikit. Mereka adalah umat Katolik yang menjadi 'benik-benih' awal umat Paroki Nandan, ada yang sudah dibaptis pada tahun 1942.
Catatan: Wilayah yang sekarang menjadi Paroki Nandan meski tak jelas batas garisnya, umat yang sudah ada itu ternyata di baptis di Paroki Kotabaru, ada yang dibaptis di Paroki Kemetiran, ada yang dibaptis di paroki Mlati.
Catatan: Wilayah yang sekarang menjadi Paroki Nandan meski tak jelas batas garisnya, umat yang sudah ada itu ternyata di baptis di Paroki Kotabaru, ada yang dibaptis di Paroki Kemetiran, ada yang dibaptis di paroki Mlati.
Di Sebelah Barat.
Di dusun Jetis,
Sinduadi, Mlati, Sleman.
Di dusun ini tinggal
2 (dua) keluarga yaitu : Keluarga
Mardiyo Wiyatno dengan 6 orang anak dan keluarga Tukimin dengan adik-adiknya
berjumlah 4 orang. Di samping itu ada 4 (empat) orang pemuda: T. Parmin
Sukardi, Y. Sugiman, Ag Muhadi dan Ponidi.
Di dusun Gedongan
Ada satu keluarga
yaitu : Keluarga Atmopawiro dengan 3 orang anak.
Di dusun Kutu Asem
Ada 1 (satu)
keluarga yaitu : Keluarga Ibu Wiryosudarmo dengan 5 orang anak.
Di Sebelah Selatan.
Ada empat dusun :
Mesan, Kutu Dukuh, Ngemplak dan Karangjati.
Di Dusun Mesan ada
satu keluarga Katolik yaitu : Keluarga Jumali Dwijmartosiswo yo dengan 4 orang anak.
Di Dusun Kutu Dukuh
: Keluarga Irorejo dengan 4 orang anak, Keluarga RY. Sunarjo dengan 6 orang
anak
Di Dusun Ngemplak :
Keluarga Ranu Samsir dengan 3 orang anak dan dua orang pemuda Rob. Subiyanto
dan Yos Suyitno
Di Dusun Karangjati
: Keluarga Notohadisaputro dengan satu anak
Di Daerah Tengah.
Di Dusun Gemawang
tinggal keluarga Bapak Santosa Rio Martonegoro dengan 12 orang anak dan seorang
lain lagi bernama Yuniati.
Di Daerah Timur.
Di Dusun Pogung
Kidul ada satu keluarga yaitu keluarga Imanrejo dengan 4 orang anak.
2. Berdirinya Komunitas Bruder
Karitas Nandan dan Perkembangan Umat
Menjelang tahun 1960 banyak pemuda masuk
Novisiat Bruder Karitas. Untuk mempersiapkan kader pemimpin Bruder Karitas baik
pimpinan terikat maupun pimpinan lembaga dan sekolah, mereka perlu mendapatkan
pendidikan di Perguruan Tinggi. Maka timbul rencana mendirikan sebuah bruderan
di dekat kota Yogykarta sebagai biara bagi bruder-bruder Karitas yang belajar.
Rencana semula di bagian selatan Yogyakarta.
Rencana tersebut diajukan ke Keuskupan
Agung Semarang . Mgr. Soegijapranata SJ, Uskup Agung Semarang menyetujui rencana
tersebut dan menganjurkan pula agar Bruder Karitas juga membuka sekolah, tetapi
harus di bagian utara Yogyakarta. Pada tahun 1961 dapat dibeli sebidang tanah
kira-kira seluas 4 hektar yang terletak di perbatasan dusun Nandan dan Gemawang. Bruderan Karitas didirikan di tanah yang termasuk dusun Nandan. Pimpinan perintisan para Bruder Karitas
Nandan adalah Bruder Gabinus FC dibantu seorang Guru muda bernama Suratman yang
kemudian menjadi Bruder Karitas yaitu Bruder Ignatius Suratman FC, untuk urusan
sekolah. Pada tahun 1962 dimulai persiapan administrasi pendirian SD Karitas di
Nandan. Setelah administrasi perijinan pendirian SD selesai, didatangkan 2 (dua)
orang guru untuk mengajar SD. Pada tanggal 1 September 1963 operasional sekolah
dimulai dengan menggunakan rumah
penduduk Gemawang di rumah keluarga Pawiro Suwignyo yang terletak di sebelah
timur SD Karitas sekarang karena belum memiliki gedung sekolah sendiri.
Ada 10 orang Bruder Karitas yang pertama
datang di Nandan antara lain Bruder Gabinus FC, Bruder Joachim FC, Bruder
Ignatius Suratman FC dll. Pada awal tahun 1963 sudah dimulai membangun gedung
sekolah lengkap dengan aulanya. Gedung sekolah bagian timur digunakan untuk SD, bagian barat untuk tempat tinggal sementara para
Bruder. Jumlah murid di gedung yang baru ada 30 orang dibagi menjadi 3 (tiga),
kelas I, II, dan III. Untuk menjaring jumlah murid lebih banyak uantuk SD Karitas, pada tahun 1966
dibuka TK Karitas. Sebagai guru sekaligus Kepala Sekolah adalah Ibu Tumini.
Selain itu Bruder Ignatius Suratman FC sebagai bruder yunior (belum berkaul kekal), giat
mencari murid dengan berjalan-jalan ke desa-desa sekitar dengan membawa
bola untuk mengadakan pendekatan pada
anak-anak. Anak-anak diajak main bola, Dengan demikian terjadi pendekatan yang
baik dengan anak-anak dan masyarakat, sehingga semakin banyak anak-anak yang
mau bersekolah di sekolah Karitas. Di samping itu Bruder-Bruder secara periodik
memutar film di aula sekolah Karitas. Film dipinjam dari konsulat-konsulat yang ada di Yogyakarta.
Anak-anak dan masyarakat sekitar diundang untuk menonton.
Pada tahun 1963 demi kepentingan
masyarakat Nandan dan sekitarnya,Bruser Karitas Nandan membangun sebuah
jembatan di atas kali Buntung yang menghubungkan dusun Nandan dan Mranggen yang
terpisahkan oleh jurang yang cukup dalam. Jembatan itu menjadi jalan penghubung
yang mempermudah, mempersingkat dan memperlancar lalu lintas banyak orang dan
juga anak-anak sekolah yang tinggal di kedua sisi kali Buntung.
Bruderan Karitas maju terus dan semakin
mendapatkan apresiasi dan simpati dari masyarakat. Jumlah murid menjadi semakin
banyak. Bahkan para pemuka masyarakat mendukung untuk membuka SMP yang dimulai tahun 1968.
Mula-mula jumlah muridnya hanya 13 orang, tetapi empat tahun kemudian anak yang
mendaftar sudah sedemikian banyak sehingga dapat dimulai dengan kelas pararel.
Br. Alfonso Wiryotaruno FC
27 Maret 1913 - 23 April 1991
Pada tahun 1967 Bruder Gabinus menderita
sakit, sehingga harus pulang ke Eropa untuk berobat. Bruder Gabinus digantikan
oleh Bruder Alfonso Wiryotaruno FC . Bruder Alfonso sangat dekat dengan
masyarakat. Beliau selalu menyapa setiap orang yang dijumpai dengan ramah dan
lemah lembut. Bruder berhasil merebut hati masyarakat Nandan dan sekitarnya.
Bruder Alfonso sangat berjasa dalam pengembangan paguyuban umat khususnya dalam
Katekumenat . Itulah sebabnya namanya diabadikan sebagai Pelindung Paroki di samping
untuk mengenang jasa para Romo dan Frater Redemptoris (CSsR).
Br. Alfons Wiryotaruno FC berfoto bersama umat Nandan sekitar tahun 1970
Karena sikap dan teladan para Bruder Karitas
Nandan banyak orang tertarik dan berniat menjadi Katolik. Mereka mendatangi Bruderan
untuk minta pelajaran agama Katolik. Kegiatan Bruder tidak hanya terbatas pada
pendidikan anak-anak di sekolah saja. Mereka memberi kontribusi atau sumbangan
di beberapa bidang lain pula, misalnya menyiapkan katekumen untuk menerima
sakramen baptis, mengajar agama di desa-desa sekitar Nandan, mengembangkan
kelompok-kelompok koor , kepramukaan, penyuluhan gizi untuk ibu-ibu dll. Di
samping para Bruder ada pula beberapa katekis / guru agama yang mengajar agama
para calon baptis, antara lain Bp. Kismo Kinaryo pegawai Bruderan Karitas, Bp
Y. Tukijo, Bp Alfonso Amir guru SD Karitas. Baptisan pertama oleh Romo Wiryomartoyo, Pr pada tanggal 25 Desember
1965 terdiri 8 (delapan) orang yaitu : Sri Wardani, Amani, Hernupadmi,
Surinem, Slamet, Ngatiyem, Jumilah dan Kasih (semuanya perempuan). Sejak saat
itu jumlah umat katolik semakin bertambah.
-------------------------
Kring Karitas Nandan mulai tahun 1969
--------------------------
3. Pembentukan Kring Karitas
Nandan
Keberadaan Bruderan Karitas dan
sekolah-sekolah SD, SMP Karitas Nandan sangat berpengaruh pada pertambahan umat
Katolik Nandan. Jumlah umat Katolik semakin banyak. Karena jumlah umat Katolik
semakin banyak maka membutuhkan pelayanan pastoral yang lebih meningkat. Untuk
memudahkan pembinaan dan penggembalaan umat, maka pada tahun 1969 dibentuklah
sebuah Kring dengan nama Kring Karitas Nandan. Kring Karitas Nandan di bawah
naungan Paroki Santo Aloysius Mlati dengan Pastor Paroki Romo Wignyomartoyo, Pr
dan kemudian digantikan Romo Wignyosupadmo, SJ.
Pada awalnya kegiatan peribadatan Perayaan
Ekaristi oleh para Bruder Karitas diadakan pada sebuah kapel sementara yang dibuat di salah satu ruangan yang
sekarang untuk kantor SMP Karitas . Para Bruder tinggal di ruang-ruang yang
sekarang untuk SMP Karitas. Dari waktu ke waktu ada umat yang ikut perayaan Ekaristi bersama para Bruder.
Pada tahun 1967 didirikan rumah biara di sebelah
utara gedung sekolah dilengkapi dengan sebuah kapel yang cukup besar. Atas ijin
Bruder umat Kring Karitas Nandan dapat mengikuti Perayaan Ekaristi di Kapel
yang baru bersama para Bruder. Romo Paroki, Romo Al Wignyomartoyo memimpin Perayaan
Ekaristi di Kapel Bruderan hanya tiap Minggu kedua tiap bulan. Perayaan Ekaristi
pada hari-hari Minggu yang lain Pengurus Kring memohon bantuan dari Kolege
Santo Ignatius Kotabaru dan Seminari Tinggi St Paulus Kentungan.
4. Kehadiran Romo YB
Mangunwijaya, Pr
Dengan semakin berkembangnya umat Kring Karitas
Nandan pada tahun 1968 penggembalaan umat Kring Karitas Nandan diserahkan
kepada Romo YB Mangunwijaya, Pr oleh Romo Paroki Mlati, Romo Al. Wignyamartaya,
Pr . Romo YB Mangunwijaya, Pr ditetapkan sebagai Pastor Kring Karitas Nandan. Perayaan
Ekasristi diselenggarakan setiap hari Minggu dengan tetap menumpang di Kapel Bruderan
Karitas.
Rm. Y B Mangunwijaya Pr
6 Mei 1929 - 10 Februari 1999
Di bawah bimbingan Romo YB. Mangunwijaya,
Pr (1968 - 1976), Kring Karitas Nandan banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Perubahan
yang paling penting adalah pengurangan keterlibatan Bruder Karitas, dengan
tujuan mendewasakan umat agar mandiri. Tokoh umat awam periode Kring Karitas Nandan yang membantu Rm. Mangun sebagai Ketua Kring Karitas nandan adalah Bpk. T. Parmin Sukardi, Bpk Sugiran, Bpk Dwijasumarta. Guru agama calon baptis yang semula oleh
para Bruder dilakukan oleh guru agama dari umat. Guru-guru agama pada permulaan
adalah Bapak E Krisdiharjo, Bapak FA. Susanto, Bapak Untung Sunaryo, Bapak Y. Ponijo , Ibu N. Lukito, Bapak YB.
Poniran, Ibu YM. Sumitri, Bapak YS Sugito . Setiap bulan sekali guru-guru
agama diberi pembekalan oleh Romo YB. Mangunwijaya, Pr . Demikian pula
pelayanan peribadatan yang semula setiap sembahyangan selalu dipimpin oleh Bruder,
harus dipimpin oleh umat.
Dari pengalaman Rm. JB. Mangunwijaya Pr berpastoral di Nandan dan pengalaman pastoral kategorial sesudahnya (karena setelah tugas di Nandan, Rm. Mangun tak pernah bertugas di paroki lagi), dan beliau mengembangkan gagasan GEREJA DIASPORA, untuk mengenal gagasan tsb baik dipelajari dengan klik DI SINI
Rm. Mangunwijaya Pr - memimpin perayaan ibadat di Nandan
Dari pengalaman Rm. JB. Mangunwijaya Pr berpastoral di Nandan dan pengalaman pastoral kategorial sesudahnya (karena setelah tugas di Nandan, Rm. Mangun tak pernah bertugas di paroki lagi), dan beliau mengembangkan gagasan GEREJA DIASPORA, untuk mengenal gagasan tsb baik dipelajari dengan klik DI SINI
Karena jumlah umat Kring Karitas Nandan
semakin bertambah banyak, maka untuk memudahkan pengurusan dan pelayanan yang
lebih baik, Kring Karitas dibagi menjadi 5 (lima) blok yang sekarang disebut
wilayah. Lima blok tersebut adalah :
Blok Barat
Meliputi dusun :
Jetis, Gedongan, Patran, Kutu Raden, Kutu Tegal
Blok Tengah
Meliputi dusun :
Gemawang, Nandan, dan Mranggen
Blok Timur
Meliputi dusun : Pogung
Dalangan, Pogung Lor, Pogung Kidul, Pogung Rejo
Blok Utara
Meliputi dusun : Tegalwaras,
Tegalsari, Jongkang, Panggungsari, Nglempongsari.
Blos Selatan
Meliputi dusun :
Karangjati, Ngemplak, Karanganyar, Mesan, Kutu Dukuh, Kutu Wates, Rogoyudan,
Kragilan. Setiap blok memiliki susunan pengurus yang sama dengan susunan
pengurus Kring.
Umat Kring Karitas Nandan sekitar tahun 1970 - tempat di depan aula sekolah Karitas
Blok-blok menjadi kelompok basis yang menjadi kekuatan bagi perkembangan umat Kring Karitas Nandan
Umat dibagi dalam blok, itu untuk menumbuhkan KELOMPOK BASIS GEREJA di mana umat saling meneguhkan, saling menolong dalam mendalami iman katolik, bersama-sama beribadat dan mendalami iman Katoliki, dan memberi kesaksian bersama kepada masyarakat dusun dengan paguyuban yang baik, dll
Untuk mengetahui apa itu KELOMPOK BASIS GEREJA, silahkan
Kelompok Ibu-ibu
Perubahan juga
terjadi pada paguyuban ibu-ibu. Semula nama WK (Wanita Katolik)
yang merupakan
bagian dari Partai Katolik Indonesia diubah menjadi RWK (Rukun Wanita Katolik)
yang tidak terikat pada partai. Dengan demikian setiap ibu Katolik dapat
menjadi anggota RWK. Kegiatannya mengadakan pertemuan rutin tiap bulan, mengadakan simpanan cinta kasih dan bunganya
setiap tahun diserahkan untuk gereja, pesta peringantan Hari Raya Natal dan
Paskah.
Kelompok Bapak-bapak
Deibentuk pula
kelompok bapak-bapak. Untuk meningkatkan iman dan wawasan bapak-bapak setiap
bulan sekali diadakan sarasehan dengan berbagai macam topik. Pembicaranya Romo,
Bruder atau awam dari tempat lain. Sarasehan dengan mengambil tempat secara
bergilir dari blok ke blok.
Kelompok bapak-bapak
juga mengadakan kegiatan pewartaan dengan mengadakan pentas ketoprak dengan
pemain campuran dari umat lain selain Katolik dalam rangka Natalan .
Kelompok Anak-anak
Untuk memperhatikan
anak-anak dibentuklah kelompok anak-anak yang diberi nama PUTAKA (Putra Cinta
Kasih) . Kegiatan PUTAKA adalah pendalaman iman di setiap blok, rekoleksi,
wisata rohani, camping rohani ke Paroki lain . Beberapa Mudika menjadi
pendamping anak-anak .
Kelompok Putra Altar
Pada masa Romo
Mangunwijaya Pr kelompok misdinar terdiri dari anak-anak laki-laki dan ibu-ibu.
Kegiatan Peribadatan
Perayaan Ekaristi
diadakan tiap hari Minggu di Kapel Bruderan Nandan. Untuk melatih memimpin
ibadat sabda, kadang-kadang Romo Mangun menyerahkan kepada awam untuk memimpin
ibadat dari awal sampai homili (yang menurut TPE baru tidak boleh).
Pada hari raya Natal
dan Paskah, Perayaan Ekaristi diadakan di aula SD dan SMP Karitas, karena Kapel
Bruderan sudah tidak mampu menampung umat yang jumlahnya semakin banyak.
Rm. Mangunwijaya Pr memimpin Perayaan Ekaristi unat Kring Karitas Nandan di kapel Bruderan Karitas Nandan
Aula sekolah Karitas Nandan (dilihat dari halaman dalam sekolah)
Penerimaan Sakramen Krisma tahun 1969 untuk umat Kring Karitas Nandan di Kapel Bruderan Karitas Nandan oleh Kardinal Darmoyuwono Pr selaku Uskup Keuskupan Agung Semarang.
5. Masa Vakum Pastor
Pada tahun 1976 pemerintah dalam hal ini
Pangkopkamtib Sudomo meminta kepada gereja agar Romo Mangun membina tapol di
pulau Buru. Dengan kepergian Romo Mangun ke pulau Buru, Kring Karitas mengalami
kekosongan Romo. Untuk misa hari Minggu Pengurus Kring harus mencari bantuan Romo
dari kevikepan DIY, Seminari Tinggi Kentungan, Kolsani Kotabaru atau mengadakan
ibadat sabda. Pada waktu Romo Mangun meninggalkan Nandan, jumlah umat Katolik diperkirakan berjumlah 200 jiwa dan pastoral diserahkan kepada Pastor Paroki Mlati - Rm. Wignjosupadma SJ. Karena Pastor Paroki Mlati kekurangan tenaga imam, sehingga untuk Kring Karitas Nandan tidak bisa tiap minggu dilayani dari Paroki Mlati..
Untunglah keadaan seperti itu tidak
berlangsung lama, karena ada Romo-Romo dari tarekat-tarekat lain yang tugas
belajar di berbagai Perguruan Tinggi di Yogyakarta tinggal di Bruderan Karitas
Nandan. Romo-romo yang pernah tinggal di Bruderan Karitas Nandan berasal dari
tarekat SVD (Ende-Flores), tarekat OMI, OCSO, MSC dan Romo-Romo Praja dari Nusa
Tenggara Timur. Para Romo ini turut berjasa dalam pemeliharaan rohani umat Kring
Karitas Nandan. Mereka memimpin Perayaan Ekaristi tiap hari Minggu dan
memberikan pelayanan pastorial lainnya. Romo-Romo tersebut antara lain adalah
Romo Hendrik Molan SVD, Romo Bernardus Kota SVD, Romo Martin SVD, Romo Loren Da
Costa SVD. Namun mereka tidak dapat diharapkan sepenuhnya, karena kesibukan
lain yang yang berkaitan dengan tugas belajar. Sesudah selesai tugas belajarnya
mereka pulang lagi ke tempat asalnya. Pernah terjadi pada hari raya Natal, Pengurus
Kring kesulitan mencari Romo untuk Misa malam Natal karena Romo yang tinggal di
Bruderan sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata di daerah Parangtritis. Pengalaman
seperti ini memberi pelajaran kepada umat betapa pentingnya keberadaan Romo di tengah
mereka.
6. Komunitas CSsR
Keadaan yang sulit itu kemudian teratasi
dengan kehadiran komunitas CSsR di Nandan pada bulan Januari 1977. Romo
komunitas CSsR dari Sumba datang di Nandan yang untuk sementara menumpang
tinggal di Bruderan Karitas Nandan sebelum wisma CSsR selesai dibangun selama 1
(satu) tahun. Sesudah selesai membangun Wisma Sang Penebus pada 14 April 1978
komunitas CSsR mulai menempati biara baru , Wisma Sang Penebus sebagai tempat
tinggal para calon imam CSsR dari Vice-propinsi Weetabula Sumba yang kuliah di
Institut Filsafat Teologi (IFT) Kentungan yang sekarang disebut Fakultas
Teologi Kepausan Wedhabakti (FTW)
Yogyakarta. Perintisan pembangunan rumah biara Wisma Sang Penebus dimulai oleh
Pater Bernard Zyzyk CSsR yang kemudian digantikan oleh Pater Hans Kleideter,
CSsR dengan membeli sebagian tanah milik Bruder Karitas.
Wisma Sang Penebus - CSsR
Para Romo CSsR tidak hanya mengurus
kepentingan Wisma Sang Penebus dan para Frater saja, tetapi juga mencurahkan
perhatian secara penuh untuk memberikan pembinaan dan pelayanan pastoral kepada
umat Katolik Kring Karitas Nandan Para Romo dari CSsR itulah yang kemudian
memimpin Perayaan Ekaristi setiap hari Sabtu dan Minggu untuk umat Kring Karitas
Nandan. Perayaan Ekaristi tetap diselenggarakan di kapel Bruderan Karitas. Romo
dan para Frater CSsR terlibat langsung dalam pelayanan pastoral dan pembinaan
umat. Mereka turun ke blok-blok . Di bawah bimbingan para Romo CSsR dan para Frater
umat Katolik Kring Karitas Nandan semakin maju dan berkembang baik dalam
kuantitas maupun kualitasnya. Pada masa sebelumnya nasib umat Kring Karitas Nandan kurang menentu.
Rm. Willy Wagener CSsR
Mengalami puncak perkembangnnya pada saat
berada di bawah bimbingan Romo Willy Wagener CSsR. Romo Willy Wagener CSsR
menjabat sebagai Rektor Wisma Sang Penebus sekaligus sebagai Romo Stasi Santo
Alfonsus Nandan dari tahun 1978-1993. Di bawah bimbingan Romo Willy Wagener
CSsR dan keterlibatan para Frater dalam pelayanan pastoral dan berbagai
kegiatan, kehidupan umat semakin tertata dengan baik. Kemampuan para guru agama
dan pemimpin ibadat ditingkatkan dengan cara diberi pembekalan secara periodik
antara lain oleh Suster Carolin ADM dari Susteran Darah Mulia Jetis.
Kegiatan yang menonjol pada saat itu
adalah munculnya kelompok Kitab Suci (KKS) di setiap blok dan kelompok mudika. Setiap
sebulan sekali diadakan pendalaman Kitab Suci dibimbing oleh Frater CSsR dan Bruder
Karitas. Untuk membangkitkan minat umat membaca Kitab Suci diadakan lomba
membaca Kitab Suci, kuis Kitab Suci, tebak tepat Kitab Suci, lomba membuat
renungan dengan memberikan hadiah. Kegiatan Kelompok Kitab Suci (KKS) ini oleh
KWI (Kantor Wali Gereja Indonesia) Jakarta dinilai sangat bagus . Maka apa yang
dilakukan umat Kring Karitas Nandan dijadikan sebagai Pilot Proyek Pencontohan
oleh KWI sebagai cara untuk mendalami dan memahami Kitab Suci , Sesudah itu
oleh KWI ditetapkan setiap tahun dalam bulan September sebagai Bulan Kitab Suci
Nasional (BKSN).
Romo Willy Wagener CSsR juga sangat
memperhatikan pendidikan anak sekolah. Umat diajak untuk memberikan beasiswa
kepada anak-anak SD, SMP, SMA/SMK dan bahkan Mahasiswa untuk mnyelesaikan skripsi,
terutama bagi keluarga yang kurang mampu. Sumber dana berasal dari umat dengan
setiap keluarga Katolik menyerahkan amplop persembahan setiap bulan dan sumbangan
dari Panitia Urusan Mahasiswa Sumba (PANURMA) Vice-propinsi CSsR Weetabula. Dibangun
pula sebuah gedung perpustakaan yang menyediakan buku-buku bacaan rohani, buku
cerita dan buku-buku pelajaran sekolah. Untuk meningkatkan minat membaca pada
anak-anak dilakukan dengan cara memberikan hadiah kepada pembaca yang paling
banyak meminjam dan membaca buku.
Kegiatan mudika semakin maju. Berbagai
macam kegiatan mereka diprogramkan, antara lain: pendalaman iman, rekoleksi
sebulan sekali, retret, latihan koor, kunjungan persahabatan mudika ke Paroki
lain, bhakti sosial dengan mendampingi dan membina anak jalanan. Kegiatan
mereka didampingi Romo CSsR, Frater CSsR, dan Frater Seminari Tinggi Kentungan.
Pada tahun 1985 Putra Altar Nandan
memprakarsai kemah rohani putra altar se DIY di bawah bimbingan Frater
Seluiruing Pr dan Frater Andreas Suhono CSsR . Kemudian setiap tahun diadakan
kegiatan kemah rohani dan dijadikan kegiatan kevikepan.
7. Pembentukan Stasi Nandan
Berkat bimbingan Romo Willy Wagener CSsR yang
memiliki sifat kebapaan dan sangat dekat dengan umat, perkembangan umat Kring Karitas
Nandan mengalami peningkatan pesat. Jumlah umat bertambah semakin banyak. Atas
kesepakatan antara Romo Paroki Santo Aloysius Mlati Romo Suyadi, Pr dengan Romo
Cokroatmojo, Pr Pastor Paroki Jetis, Kring Karitas Nandan diserahkan ke Paroki
Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Sejak itu Kring Karitas Nandan secara resmi
menjadi bagian wilayah Paroki Jetis.
Pada bulan Januari 1980 Romo Paroki Jetis,
Romo Cokroatmojo Pr menerima surat dari Keuskupan Agung Semarang Mgr Yustinus
Kardinal Darmoyuwono yang menetapkan bahwa Kring Karitas Nandan ditingkatkan
manjadi Stasi di bawah Paroki Jetis. Dan secara tertulis Romo Willy Wagener
CSsR mendapat mandat sebagai Pastor Pembantu untuk Stasi Nandan. Membantu Rm Willy sewaktu masih sebagai Kring Karitas Nandan adalah Bpk. Poniran.
Bpk. Y. Ponidjo - Ketua Stasi Nandan yang pertama kali tahun 1980
---------------------------
Menjadi Stasi Nandan mulai tahun 1980
----------------------------
---------------------------
Menjadi Stasi Nandan mulai tahun 1980
----------------------------
Kemudian dibentuklah Pengurus Stasi (mulai tahun 1980) yang
baru melalui pemilihan langsung.oleh umat stasi dan Bapak Y. Ponidjo terpilih sebagai Ketua Stasi
yang pertama selama dua periode. Periode berikutnya digantikan oleh Bapak YB. Poniran,
Bapak Al Sumardi, Bapak Ign Wintolo, Bapak Paryadi, Bapak Dwijoyuwono, Bapak Edi Setioharjo, dan di masa Nandan berstatus Paroki Administratif (tahun 2000) yang terpilih dari tokoh umat adalah Bapak Purnomo Harto, Bapak Ignatius Seto, dan kemudian Bapak Wasieno.(waktu peresmian menjadi Paroki penuh 2012).
Karena di tahun 1980 an jumlah umat yang semakin bertambah
banyak, kapel Bruderan Karitas Nandan sudah tidak mampu lagi menampung umat
pada setiap Misa hari Sabtu dan hari Minggu. Umat meluap sampai di gang depan
kapel, bahkan sampai teras di luar kapel. Jumlah umat sudah lebih dari 800
orang. Misa Hari Raya Natal dan Paskah diselenggarakan di aula SD/SMP Karitas.
------------------------------------
Di awali sekitar tahun 1980 an, Stasi Nandan mempunyai perpustakaan dengan meminjam tempat di sebuah rumah milik CSsR. Sekitar tahun 2000 kegiatan perpustakaan ini terhenti.
------------------------------------
Romo Paroki Jetis, Romo Cokroatmojo Pr
yang setiap hari Minggu kedua
mempersembahan Misa di Nandan mengetahui bahwa Kapel Bruderan Nandan sudah
tidak mampu lagi menampung umat. Maka Romo Paroki mendesak Pengurus Stasi
berusaha membangun gedung gereja baru. Pada awalnya Pengurus merencanakan
melakukan pembangunan perluasan Kapel Bruderan dengan melebarkan kapel. Tetapi
pihak Bruder tidak setuju. Oleh karena itu tidak ada jalan lain kecuali harus
membangun gedung gereja yang baru.
BAB III
PEMBANGUNAN GEDUNG GEREJA
PAROKI SANTO ALFONSUS
NANDAN
1. Pembentukan Panitia
Pembangunan Gedung Gereja
Kebutuhan akan gedung gereja yang baru
yang dapat menampung jumlah umat yang semakin banyak dirasakan semakin
mendesak. Ide atau gagsan untuk membangun gedung gereja muncul pada tanggal 1
Agustus 1981, karena terdorong oleh satu kenyataan bahwa kegiatan Misa Kudus
tiap hari Sabtu sore dan Minggu pagi, umat sudah tidak tertampung lagi di dalam
Kapel Bruderan Karitas. Lebih-lebih Misa Kudus pada hari raya Natal dan Paskah.
Pada hari-hari raya itu Misa Kudus diselenggarakan di aula SD / SMP Karitas . Pada
tanggal 1 Januari 1982 Pengurus Dewan Stasi membentuk panitia pembangunan
gedung gereja dengan ketua bapak A. Dwidjojuwono BA (almarhum), seksi
pembangunan bapak Ign. Wintolo lengkap dengan , sekretaris , bendahara dan
seksi-seksi lain. Penasehat Romo Paroki Jetis , Romo Willy Wagener CSsR dan
Bapak Drs FA. Susanto.
Panitia pembangunan gedung gereja mendapat
dukungan penuh baik moril maupun pendanaan dari banyak pihak yaitu Mgr Yustinus
Kardinal Darmoyuwono, kemudian dilanjutkan Bapak Uskup Agung Semarang Mgr Darmoatmojo,
Mgr Ign. Suharyo , Romo Vikep DIY, Romo
Paroki Jetis, Romo Willy Wagener CSsR, Bruder Karitas, Suster ADM dan seluruh
umat Stasi Nandan. Semuanya memberikan perhatian dan semangat dalam menghadapi
berbagai tantangan agar cita-cita dan harapan umat dapat terlaksana. Peran Romo
Willy Wagener dalam hal ini sangat dirasakan dan sangat menentukan.
Peran Rm. Willy Wagner CSsR - juga dalam kegiatan umat bersepeda.
Umat Nandan juga mengadakan kegiatan olah-raga, seperti senam untuk ibu-ibu. Untuk OMK antara lain sepakbola, bulutangkis, dsb
Umat Nandan juga mengadakan kegiatan olah-raga, seperti senam untuk ibu-ibu. Untuk OMK antara lain sepakbola, bulutangkis, dsb
2. Pembentukan Yayasan Papa Miskin
Berhubung segala sesuatu yang berkaitan
dengan kepemilikan harta benda dan urusan lain, harus dikelola oleh suatu Yayasan,
maka pada bulan yang sama dibentuk pula Yayasan Papa Miskin Santo Alfonsus oleh
Keuskupan Agung Semarang. Yayasan itu dengan Akte Notaris tanggal 4 Oktober 1982 di Semarang. Nama Yayasan
dipilih Santo Alfonsus diambil dari nama Bruder Alfonso dan Santo Alfonsus de
Ligouri Pendiri dan Pelindung
Konggregasi Redemptoris sebagai penghargaan atas jasa Bruder Alfonso dan Bruder
Karitas serta para Romo dan Frater CSsR dalam membina dan mengembangkan umat Stasi
Nandan. Santo Alfonsus juga ditetapkan menjadi Santo Pelindung Stasi Nandan.
-----------------------------------------------------
MULAI DENGAN NAMA ST. ALFONSUS
Bersamaan dengan dibentuknya Yayasan Papa Miskin di stasi Nandan, yayasan itu diberi nama St. Alfonsus - pada tahun 1982
------------------------------------------
3. Tugas Panitia Pembangunan
Dapat dikatakan bahwa Panitia Pembangunan
gedung gereja mulai melaksanakan tugasnya dengan modal yang sangat minim.
Pengurus Dewan Stasi pada saat itu memiliki uang kas Rp 800.000 (delapan ratus
ribu). Modal utama adalah semangat Panitia Pembangunan, kebersamaan umat, peran
dan dukungan penuh dari Romo Willy Wagener CSsR.
Tugas dan usaha panitia pembangunan untuk
mewujudkan cita-cita membangun gedung gereja yang baru pada awalnya adalah :
Pengadaan tanah dan
mencari dana
Merencanakan
pembangunan
Mengurus perijinan
3.1 Pengadaan Tanah
Pengadaan Tanah Tahap I
Tanggal 29 April
1982 atas bantuan Suster Komunitas Darah Mulia Jl. Abubakar Ali 12 Yogyakarta
lewat Suster Theresia ADM, Panitia Pembangunan dapat membeli tanah milik suster
yang terletak di sebelah Barat rumah Bapak A. Amir seluas 2.330 m2.
Pada saat itu harga pasaran tanah Rp 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) per
meter persegi. Panitia pembangunan hanya diminta membayar Rp 5000,- (lima ribu
rupiah) per m2. Harga seluruhnya Rp 11.650.000,-. Panitia Pembangunan
baru dapat membayar Rp 5.000.000. Kekurangannya dilunasi oleh Keuskupan Agung
Semarang pada tanggal 9 Januari 1984
Pembelian Tanah Tahap II
Pada tanggal 9 Maret
1984 Panitia Pembangunan membeli tambahan sebagian tanah milik suster ADM pada
lokasi yang sama seluas 2128 m2 dengan harga tetap Rp 5000,- per m2
. Harga seluruhnya Rp 10.640.000,-. Harga pembelian tanah ini dibayar
dari sumbangan donatur khusus yang diperoleh lewat Romo Willy Wagener CSsR . Luas
tanah yang telah dibeli tahap I dan tahap II seluas 4.458 m2.
------------------------------------------------
Perayaan Natal dan Tahun Baru 1985 di sebuah Wilayah Stasi Nandan
------------------------------------------------
Gerakan Umat Stasi Nandan (tahun 1983 - 1984) dalam usaha pembelian tanah awal. Panitia membuat "Kartu Tanah Suci" - Rp 5.000 per lembar, sebuah kartu untuk membeli 1 meter persegi tanah. Umat yang membeli kartu tsb. berarti menyumbang dan ikut membeli tanah seluas 1 meter persegi.
Begitu pula pada waktu pembuatan bangku-bangku (tahun 1990 an) dengan gerakan Kartu bangku gereja.
Begitu pula pada waktu pembuatan bangku-bangku (tahun 1990 an) dengan gerakan Kartu bangku gereja.
-------------------------------------------------
Pembelian Tanah Tahap III
Suster ADM memberi
sumbangan dana kepada Panitia Pembangunan sebesar Rp 35.500.000,- (tiga puluh
lima juta lima ratus ribu rupiah). Sumbangan itu dipergunakan untuk membeli
tanah sisa milik suster ADM, sehingga pada tanggal 21 Maret 1988 usaha
pengadaan tanah untuk gedung gereja mencapai luas 7.211 m2.
-----------------------------------------------------
Tahun 1988, ditandai dengan gerakan TABUNGAN CINTAKASIH Rukun Wanita Katolik (RWK) Stasi Nandan. Ibu-ibu menabung bersama-sama dan bunganya untuk dana pembangunan gereja - semangatnya menyumbang sebatang paku atau sebuah genteng.
Tahun 1988 juga dimulai KOPERASI SEHATI yang dimulai oleh tokoh-tokoh umat stasi Nandan. Koperasi SEHATI beranggotakan umat Stasi Nandan dan masyarakat umum yang mau menjadi anggotanya.
--------------------------------------------------
Tukar Guling Dengan Tanah Milik
Bruder Karitas
Tanah milik Suster
yang telah dibeli Panitia Pembangunan gedung gereja adalah yang sekarang
digunakan lapangan olahraga murid-murid SD/SMP Karitas. Oleh karena tidak
mendapat ijin untuk membangun gedung gereja di lokasi itu, maka tanah tersebut ditukar
dengan tanah milik Bruder Karitas di lokasi di mana gedung gereja Santo Alfonsus
sekarang berada. Tanah seluas 7.511 m2 ditukar tanah seluas 9.804 m2.
Kelebihan tanah seluas kurang lebih 2.500 m2 oleh Bruder Karitas
disumbangkan kepada Panitia Pembangunan gedung gereja Nandan.
Pada tanggal 25
Februari 1990 Romo Willy Wagener CSsR membeli dua bidang tanah dari penduduk Gemawang
yaitu tanah milik Ny. Sastro Perwito seluas 692 m2 dan tanah milik
Bapak Waluyo seluas 672 m2 dengan harga Rp 20.000,- per m2 .. harga
seluruhnya Rp. 27.280.000. Tanah tersebut terletak di sebelah timur gereja.
Kemudian tanah ini ditukar dengan tanah lapangan yang ada sekarang dan tanah di
sebelah utara tempat parkir yang adalah bagian tanah milik gereja menjadi
bagian milik CSsR. dengan luas kurang lebih sama
3.2 Pengumpulan Dana
Sumber-sumber dana yang diperoleh Panitia
Pembangunan adalah :
Dari umat Stasi
Santo Alfonsus :
Sumbangan sukarela
dari Blok-blok
Kolekte pembangunan
Penjualan kartu
kuning dengan slogan Aksi Tanah Suci @ Rp 5000,- per kartu senilai harga tanah
Rp 5000,- per m2
Berbagai aksi
pengumpulan dana melalui kegiatan
Bantuan dari
Keuskupan Agung Semarang Rp 6.650.000,- untuk menutup kekurangan pembelian
tanah milik Suster.
Sumbangan Suster ADM
Rp 35.500.000,-
Sumbangan Bruder
Karitas
Sumbangan dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman
Sumbangan dari
Direktorat Jenderal Dinas Katolik Dep. Agama RI Rp 2.000.000,-
Bantuan Presiden RI
Rp 7.000.000,-
Dari Romo Willy
Wagener
Donatur Jerman
20.000 DM
Sumbangan dari
Paroki Redemptoris Santo Alfonsus Leoben Austria 2.000 DM untuk sumbangan
membangun Patung Santo Alfonsus yang berada di depan gereja.
Selanjutnya setiap
bulan umat Paroki Santo Alfonsus Jerman mengirim sumbangan pembangunan gereja
lewat Romo Willy Wagener CSsR
Sumbangan dari umat
Paroki Jetis
Sumbangan para donatur
dari lingkungan Stasi Nandan dan dari luar Stasi Nandan.
3.3 Merencanakan Pembangunan
Gedung Gereja
Perencanaan pembangunan gedung gereja
dilaksanakan oleh mahasiswa Katolik yang tinggal di Stasi Nandan dan
dikonsultasikan dengan Romo YB Mangunwijaya Pr sebagai arsitek dan juga sebagai Romo Stasi Nandan yang
pertama. Mengenai konstruksi bangunan dikonsultasikan dengan Bp Ir
Suhendrojati. Luas bangunan 700 m2
dengan biaya Rp 200.000.000,-.
3.4 Mengurus Perijinan
Pada bulan Desember 1986 Panitia sudah mulai
bergerak mengurus perijinan membangun rumah ibadat mulai dari instansi paling
bawah yaitu Kepala Dukuh Nandan, KKLKMD Nandan, KUA Kecamatan Ngaglik, Kantor
Departmen Agama Kabupaten Sleman, dan terakhir Bupati Kepala Daerah Tingkat II
Sleman.
Semula gedung gereja direncanakan akan
dibangun di atas tanah yang dibeli dari Suster ADM . Pada awalnya semua pihak
sudah setuju, tetapi kemudian takmir Masjid Al-Ikhwan Nandan menyatakan
keberatan dengan mengajukan surat keberatan tertanggal 8 Januari 1987
No.01/Tm/I/1987 dengan alasan terlalu dekat dengan lokasi masjid.
Demi menjaga kerukunan hidup beragama, Panitia
Pembangunan mencari lokasi tanah yang lebih ideal. Timbul gagsan untuk
mengadakan tukar guling tanah milik Stasi
Nandan dengan tanah milik Bruder Karitas. Romo Willy Wagener CSsR mengajukan
permohonan kepada Bruder Provinsial di Purworejo untuk mengadakan tukar guling
tanah milik Stasi Nandan yang diperoleh dari Suster ADM dengan tanah milik Bruder
Karitas di mana sekarang gereja berada.
Romo Mangunwijaya,Pr yang pernah
menggembalakan umat Stasi Nandan sebagai Pastor Kring Karitas Nandan memahami
betul kondisi dan keprihatinan umat Stasi Nandan. Maka Romo YB Mangunwijaya, Pr
tergerak hatinya untuk membantu mengadakan pendekatan dengan Provinsial Bruder
Karitas agar dapat mengabulkan permohonan umat Stasi Nandan. Berdasar
musyawarah bersama yang didukung Romo YB Mangunwijaya Pr, Romo Willy Wagener
CSsR, Romo Paroki Jetis dan Romo Vikep
DIY, Provinsial Bruder Karitas menyetujui dan mengabulkan permohonan tukar
guling tanah. Bahkan tanah milik umat Stasi Nandan yang luasnya 7511 m2 ditukar
tanah milik Bruder Karitas yang luasnya 9804 m2. Kurang lebih 2500 m2
disumbangkan oleh Kongregasi Bruder Karitas kepada Panitia Pembangunan. Dengan
demikian kesulitan Panitia Pembangunan gedung geraja teratasi berkat bantuan
dan kebaikan Bruder Karitas. Setelah Bruder Karitas menyetujui gedung gereja dibangun diatas
lokasi yang baru itu, Panitia Pembangunan dengan surat tertanggal 21 Maret 1988
mengajukan pembaruan permohonan ijin pembangunan kepada Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Sleman, karena lokasi yang semula di dusun Nandan, pindah dusun Gemawang.
Permohonan ijin itu disetujui Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sleman dengan surat tertanggal 9 maret 1988 No 69 Th. 1988
. Berdasarkan surat ijin itu pembangunan gedung geraja dapat mulai
dilaksanakan.
4.1 Persiapan Pelaksanaan
Pembangunan
Untuk persiapan
pelaksanaan pembangunan gereja, umat Stasi Nandan bersama-sama kerja bakti membersihkan calon lokasi
gedung gereja dan dilanjutkan dengan pemagaran lokasi gedung gereja.
4.2 Peletakan Batu Pertama
Pada tanggal 31 Juli
1988 menjelang pesta nama Santo Alfonsus de Ligouri (1 Agustus ) dilaksanakan Peletakan
Batu Pertama oleh Wakil Bupati atas nama Bupati Kepala daerah Tingkat II
Sleman.
4.3 Pembangunan Tahap Pertama
Pembangunan tahap
pertama dilaksanakan mulai bulan Juli 1988 - 31 Desember 1989. Pada saat itu
umat dengan dukungan berbagai pihak berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp
85.000.000,- Dengan biaya itu dapat diselesaikan pembangunan tahap pertama yang
meliputi fondasi, tiang, dinding dan atap. Pada hari Raya Natal 1988 Gereja
sudah dapat digunakan Perayaan Misa Natal yang pertama kalinya, meskipun lantai
belum dipasang tegel (masih tanah), belum ada jendela, tembok belum diplester,
tetapi umat tidak kehujanan.
4.4 Pembangunan Tahap Kedua
Pembangunan tahap
kedua berlangsung antara bulan Januari 1989 - Agustus 1991. Dalam tahap kedua
ini dapat diselesaikan pemasangan tegel lantai, dinding, jendela, pintu, kaca,
cat, listrik, air, bangku, jalan masuk ke Gereja dan tempat parkir. Pembangunan
tahap kedua menghabiskan biaya kurang lebih Rp 40.000.000,-
4.5 Pembangunan tahap Ketiga
Dilaksanakan bulan Maret
1992 – Maret 1994. Pembangunan tahap ketiga meliputi : membuat lisplang,
penyelesaian pemasangan kaca, plafon, gedung utama, kamar mandi dan WC, penataan
Panti Imam, menutup lubang yang ada di atas tiang dengan gambar, menyempurnakan
pengecatan, penataan halaman dan tanaman, penataan tata lampu, pembuatan patung
Santo Alfonsus. Pembangunan tahap ini menghabiskan biaya sebanyak Rp
50.000.000,-
Catatan: ditetapkan St. Alfonsus de Liguori sebagai Pelindung, karena Br. Alfons Wiryotaruno FC berpelindungkan St. Alfonsus dan pendiri CSsR adalah St. Alfonsus. Untuk mengenangkan semua itu ditetapkan nama Pelindung adalah St. Alfonsus.
------------------------------------------------------------------------------
Bersamaan dengan pembangunan gedung gereja, Tuhan berkenan membangun fondasi-fondasi GEREJA-Nya terus-menerus. Banyaknya panggilan hidup bakti menjadi imam-bruder-suster dari umat setempat adalah salah satu bagian integral dari Pembangunan Gereja secara lengkap-menyeluruh. Sebelum peresmian dan pemberkatan gedung Gereja pada tahun 1996, ada 2 orang muda Stasi Nandan pada tahun 1995 ditahbiskan menjadi imam diosesan KAS, yaitu: Rm. Pius Riana Prapdi Pr dan Rm. Yohanes Iswahyudi Pr (keduanya tamatan SD Karitas Nandan dan keduanya buah sulung tahbisan imam stasi Nandan). Dan di tahun-tahun kemudian menyusul beberapa orang muda katolik stasi Nandan lain yang ditahbiskan menjadi imam, yaitu Rm. Paulus Dwiya Minarta CSsR (juga lulusan SD Karitas Nandan, adik dari Rm. Pius Riana Prapdi Pr), kemudian dua orang bersaudara lulusan SMP Karitas Nandan, yaitu Rm. Tarsisius Priyanto Pr menjadi imam diosesan Keuskupan Palangkaraya dan Rm. Ignatius Priyantoro OMI menjadi imam OMI. Juga seorang anak dari Bpk. Alfonsus Amir (yang pensiunan Kepala Sekolah SD Karitas Nandan) menyusul menjadi imam diosesan KAS bernama Rm. Paulus Tri Wahyu Widiantoro Pr (juga tamatan SD karitas Nandan). Rm. Fabianus Muktiyarso Pr - menjadi imam diosesan Keuskupan Bandung. Selain itu ada juga beberapa yang menjadi Bruder dan Suster.
Pius Riana Prapdi, Paulus Dwiya Minarta --- dari Lingkungan Gemawang (wilayah Tengah)
Yohanes Iswahyudi, Paulus Tri Wahyu Widiantoro ---- dari Lingkungan Nandan (wilayah Tengah)
Priyanto, Priyantoro --- dari Lingkungan Kutu Patran (wilayah Barat)
Gedung Gereja Nandan sudah dipakai untuk tahbisan imam dari CSsR, yaitu Rm. Andreas Suhana Nitiprawira CSsR dari Wisma Sang Penebus (komunitas CSsR di Nandan) pada tahun 1991, dan pernah dipakai untuk Perayaan Ekaristi pengikraran kaul Bruder Karitas. Selain itu, gedung gereja pernah dipakai untuk Perayaan Ekaristi pengutusan misionaris Bruder Karitas Indonesia ke negara Tanzania - Afrika pada tahun 1996.
Your Excellency,
I inform you that His Holiness, Pope Benedict XVI, has accepted the
resignation as Bishop of Ketapang presented by His Excellency Msgr.
Blasius Pujaraharja, and has appointed the Rev. Fr. Pius Riana Prapdi,
Vicar General of the Archdiocese of Semarang, as new Bishop of
Ketapang.
The date of publication of the above appointment will be Monday, 25
June 2012, at noon in Rome (17.00 WIB). Until that time the matter is
to be kept strictly confidential.
With cordial regards and veruy best wishes, I remain
Fraternally yours in Christ,
Archbishop Antonio Guido Filipazzi
Apostolic Nuncio
-------------------------------------------------------------------------------
Sebuah monumen kecil diserahkan kepada Bruder Karitas dalam sebuah upacara Umat Stasi Nandan pindah tempat merayakan Ekaristi dari Kapel Bruderan Karitas ke Gedung Gereja - th. 1990.
Umat berkumpul di halaman depan Bruderan Karitas, setelah sambutan dan menyerahkan monumen tsb, umat berprosesi menuju ke Gedung Gereja untuk merayakan Ekaristi di tempat yang baru. Peristiwa yang mengharukan dan mengesankan.
----------------------------------------------------------------------------Catatan: ditetapkan St. Alfonsus de Liguori sebagai Pelindung, karena Br. Alfons Wiryotaruno FC berpelindungkan St. Alfonsus dan pendiri CSsR adalah St. Alfonsus. Untuk mengenangkan semua itu ditetapkan nama Pelindung adalah St. Alfonsus.
------------------------------------------------------------------------------
Bersamaan dengan pembangunan gedung gereja, Tuhan berkenan membangun fondasi-fondasi GEREJA-Nya terus-menerus. Banyaknya panggilan hidup bakti menjadi imam-bruder-suster dari umat setempat adalah salah satu bagian integral dari Pembangunan Gereja secara lengkap-menyeluruh. Sebelum peresmian dan pemberkatan gedung Gereja pada tahun 1996, ada 2 orang muda Stasi Nandan pada tahun 1995 ditahbiskan menjadi imam diosesan KAS, yaitu: Rm. Pius Riana Prapdi Pr dan Rm. Yohanes Iswahyudi Pr (keduanya tamatan SD Karitas Nandan dan keduanya buah sulung tahbisan imam stasi Nandan). Dan di tahun-tahun kemudian menyusul beberapa orang muda katolik stasi Nandan lain yang ditahbiskan menjadi imam, yaitu Rm. Paulus Dwiya Minarta CSsR (juga lulusan SD Karitas Nandan, adik dari Rm. Pius Riana Prapdi Pr), kemudian dua orang bersaudara lulusan SMP Karitas Nandan, yaitu Rm. Tarsisius Priyanto Pr menjadi imam diosesan Keuskupan Palangkaraya dan Rm. Ignatius Priyantoro OMI menjadi imam OMI. Juga seorang anak dari Bpk. Alfonsus Amir (yang pensiunan Kepala Sekolah SD Karitas Nandan) menyusul menjadi imam diosesan KAS bernama Rm. Paulus Tri Wahyu Widiantoro Pr (juga tamatan SD karitas Nandan). Rm. Fabianus Muktiyarso Pr - menjadi imam diosesan Keuskupan Bandung. Selain itu ada juga beberapa yang menjadi Bruder dan Suster.
Pius Riana Prapdi, Paulus Dwiya Minarta --- dari Lingkungan Gemawang (wilayah Tengah)
Yohanes Iswahyudi, Paulus Tri Wahyu Widiantoro ---- dari Lingkungan Nandan (wilayah Tengah)
Priyanto, Priyantoro --- dari Lingkungan Kutu Patran (wilayah Barat)
Tahbisan imam dari CSsR di Gereja St. Alfonsus Nandan oleh Kardinal Darmaatmaja SJ
ANUGERAH BAGI PAROKI ST. ALFONSUS NANDAN
Putra Paguyuban Umat Nandan menjadi Uskup
Putra Paguyuban Umat Nandan menjadi Uskup
Mgr. Pius Riana Prapdi Pr.
Uskup Ketapang
I inform you that His Holiness, Pope Benedict XVI, has accepted the
resignation as Bishop of Ketapang presented by His Excellency Msgr.
Blasius Pujaraharja, and has appointed the Rev. Fr. Pius Riana Prapdi,
Vicar General of the Archdiocese of Semarang, as new Bishop of
Ketapang.
The date of publication of the above appointment will be Monday, 25
June 2012, at noon in Rome (17.00 WIB). Until that time the matter is
to be kept strictly confidential.
With cordial regards and veruy best wishes, I remain
Fraternally yours in Christ,
Archbishop Antonio Guido Filipazzi
Apostolic Nuncio
Simbol Uskup Mgr. Pius Riana Prapdi
Curriculum Vitae Mgr. Pius Riana Prapdi
-------------------------------------------------------------------------------
4.6 Sumber Dana Pembangunan Gereja
Dana pembangunan
Gereja diperoleh dari beberapa sumber, yaitu:
Umat Katolik Stasi
Nandan
Umat Katolik diluar
Stasi Nandan
Keuskupan Agung
Semarang
Bantuan Pemerintah
Tingkat II, Tingkat I dan bantuan Presiden RI
Bantuan Direktorat Jendral
Bimas Katolik Departemen Agama RI
Konggergasi Suster-Suster
ADM, Komunitas Bruder Karitas, Konggergasi Redemptoris (CSsR), Karya Kepausan.
Para Donatur dari
dalam maupun di luar paroki.
4.7 Akhir Pembangunan Gereja
Santo Alfonsus Nandan
Setelah melalui
keprihatinan dan perjuangan selama 15 tahun yaitu mulai dari tanggal 1 Agustus
1981 sampai tanggal 1 Agustus 1996, akhirnya umat Katolik dapat menyelesaikan
pembangunan gedung Gereja. Dengan demikian terwujudlah cita-cita umat Katolik
Stasi Nandan untuk memiliki gedung Gereja sendiri yang dapat menampung umat
yang sudah cukup banyak. Pembangunan gedung Gereja itu menghabiskan biaya
seluruhnya sebesar Rp 216.000.000,-
Kesulitan yang
pernah dialami oleh Panitia Pembangunan gereja pada saat awal menentukan lokasi membangun gedung
gereja, ternyata membawa hikmah yang sangat menguntungkan bagi umat Katolik
Stasi Nandan. Letak gedung Gereja yang sekarang sungguh sangat ideal sebagai
tempat beribadat. Keadaan di sekitar gereja tenang tidak terganggu oleh kebisingan
lalu lintas maupun hiruk pikuk kesibukan masyarakat di sekitarnya. Tanah yang
sekarang lebih luas daripada lokasi tanah yang direncanakan semula.
4.8 Peresmian Gedung Gereja
Setelah seluruh
bangunan pokok sudah selesai maka tanggal 1 Agustus 1996 gedung Gereja
diresmikan oleh Bupati Daerah Tingkat II Sleman. Dan diberkati oleh Rm. Administrator KAS Harjoyo Pr.. Jumlah umat Stasi Nandan berdasarkan sensus umat pada tahun 1989 sebanyak 1.600 jiwa.
---------------------------------
Dalam perjalanan sejarah umat St. Alfonsus Nandan, baptisan terbanyak terjadi pada tahun 1987 - jumlah baptisan 150 orang dalam setahun itu.
-----------------------------------
Tahun 1990 dibeli seperangkat gamelan lengkap. Dana dari donatur pribadi umat stasi, dari donatur lewat Rm. Willy, dan usaha kelompok umat.
Setalah adanya gamelan tsb, mulai gerakan kesenian di kalangan umat Stasi Nandan. Ada kelompok yang diberi nama GITA WILASITA, yang mengadakan latihan dan pelatihan karawitan, dan juga menari. Kiprahnya sudah mengaktifkan Perayaan Ekaristi dengan iringan gamelan, juga pentas-pentas tari dengan iringan gamelan. Sayang gerakan Gita Wilasita ini hanya beberapa tahun saja.
Seksi Pendidikan Stasi mengadakan bimbingan belajar untuk anak-anak di samping juga memberikan bantuan bea-siswa.
--------------------------------------------------
Rm. Robert Ramone CSsR menerimakan sakramen baptis. Wali baptis adalah Bpk Ignatius Seto
Pastoran Sementara dibangun menempel di sebelah Barat (belakang) Gedung Gereja St. Alfonsus (1999).
Pembangunan tambahan ini semasa Rm. Suyatno Pr selaku pastor paroki Jetis yang ditugasi di Nandan (tahun 1998 - 2001). Di masa penggembalaan Rm. Suyatno Pr, dibangun tempat parkir dengan konblok berlubang.
5. Pembentukan Paroki
Administratif Santo Alfonsus Nandan
Syarat untuk menjadi
suatu Paroki penuh harus memenuhi empat
persyaratan yaitu :
jumlah umat minimal
1000 orang, memiliki gedung gereja, memiliki gedung Pastoran dan ada seorang
Pastor Paroki serta kesiapan umat. Pada saat gedung gereja selesai dibangun
jumlah umat katolik sudah mencapai 2000 orang lebih. Tetapi belum ada gedung Pastoran dan Pastor Paroki.
Umat mulai berfikir bagaimana dapat
membangun sebuah gedung pastoran. Modal belum ada. Kelompok Koor Santo Mateus
wilayah selatan di bawah pimpinan Bapak Alexander Raymond Panggabean berhasil
mencari sponsor untuk mengadakan pentas konser musik di Hotel Ambarukmo. Dari
kegiatan itu dapat menghimpun dana Rp 125.000.000,- yang kemudian dijadikan
modal pertama membangun Gedung Pastoran. Pembangunan gedung Pastoran
menghabiskan biaya kurang lebih Rp. 350.000.000 ,- Dana diperoleh dari swadaya
umat Paroki dan bantuan dari Keuskupan Agung Semarang Rp. 15.000.000,- Gedung Pastoran diresmikan oleh Mgr Ign
Suharyo, Uskup Agung Semarang pada
tanggal 24 Agustus 2004.
Untuk ditingkatkan dari Stasi menjadi
Paroki, tiga persyaratan sudah dimiliki. Namun untuk mendapatkan seorang Pastor
Paroki, Keuskupan Agung Semarang masih mengalami kesulitan karena kekurangan
tenaga imam. Di samping itu masih dibutuhkan kesiapan umat untuk dapat berdiri
sebagai Paroki Mandiri.
Setelah mempunyai Gedung Gereja, umat Nandan dibimbing Romo-romo dari Wisma Sang Penebus dan yang mendapatkan SK sebagai Romo Pembantu Paroki Jetus bertugas di Stasi Nandan dan tinggal di Stasi nandan adalah Romo Robert Ramone CSsR, yang kemudian digantikan oleh beberapa Romo dari paroki Jetis sampai tahun 2005, tetapi mereka tinggal di Paroki Jetis, hanya bila bertugas memimpin misa dan ibadat atau memimpin rapat pastoral saja datang ke Nandan, itu berlangsung sampai kedatangan Romo I. Jayasewaya Pr yang sebagai pastor pembantu Paroki Jetis dan tinggal di Pastoran Nandan 2005 - 2010.
Setelah mempunyai Gedung Gereja, umat Nandan dibimbing Romo-romo dari Wisma Sang Penebus dan yang mendapatkan SK sebagai Romo Pembantu Paroki Jetus bertugas di Stasi Nandan dan tinggal di Stasi nandan adalah Romo Robert Ramone CSsR, yang kemudian digantikan oleh beberapa Romo dari paroki Jetis sampai tahun 2005, tetapi mereka tinggal di Paroki Jetis, hanya bila bertugas memimpin misa dan ibadat atau memimpin rapat pastoral saja datang ke Nandan, itu berlangsung sampai kedatangan Romo I. Jayasewaya Pr yang sebagai pastor pembantu Paroki Jetis dan tinggal di Pastoran Nandan 2005 - 2010.
-----------------------
Menjadi Paroki Administratif St. Alfonsus Nandan
mulai tahun 2000
-------------------------
Dan stasi Santo Alfonsus Nandan
ditingkatkan Statusnya manjadi Paroki Administratif Santo Alfonsus Nandan. pada tahun 2000.
Secara administratif terpisah dari Paroki Jetis. Tetapi kepemimpinan dan urusan keparokian masih
di bawah Pastor Kepala Paroki Jetis. Rm. Jayasewaya bersama umat secara serius mempersiapkan kelengkapan untuk menjadi Paroki penuh.
Rm. I. Jayasewaya Pr
Pada tahun 2005 - 2010, Romo I. Jayasewaya Pr, mantan Vikep DIY menjadi Pastor Pembantu dan tinggal menetap di Pastoran St. Alfonsus Nandan di bawah kepemimpinan Pastor Kepala paroki Jetis. Pada tahun 2009, Romo Antonius Triwahyono Pr bertugas membantu di Nandan.
Pada tahun 2005 - 2010, Romo I. Jayasewaya Pr, mantan Vikep DIY menjadi Pastor Pembantu dan tinggal menetap di Pastoran St. Alfonsus Nandan di bawah kepemimpinan Pastor Kepala paroki Jetis. Pada tahun 2009, Romo Antonius Triwahyono Pr bertugas membantu di Nandan.
Bpk. Waiseno sebagai Ketua II Dewan Paroki Administratif St. Alfonsus Nandan yang terpilih tahun 2008 dan kemudian terpilih lagi tahun 2010
--------------------------
Surat Keputusan dari Keuskupan Agung Semarang yang ditandatangani oleh Mgr. J. Pujasumarta menyatakan terhitung mulai 1 Agustus 2012, menjadi PAROKI.
Dan Perayaan Ekaristi Syukur di adakan pada hari Sabtu, 4 Agustus 2012, mulai pk. 16.00 dengan selebran utama Mgr. J. Pujasumarta dan konselebran 26 imam.
------------------------------
Serah terima jabatan pastor kepala paroki dari Rm. G. Sulistiyanto Pr kepada Rm. G. Kriswanto Pr disaksikan oleh Mgr. Pius Riana Prapdi dalam Perayaan Ekaristi Syukur pada hari Minggu 5 Agustus 2012.
Perayaan Ekaristi Syukur karena telah menjadi paroki dan seorang putra terbaik paroki St. Alfonsus Nandan menjadi Uskup Ketapang.
VISI-MISI PAROKI ST ALFONSUS NANDAN
Pada tahun 2011, umat paroki Nandan menghimpun dana untuk membangun joglo yang dipakai untuk aneka keperluan paroki seperti rapat, tempat bina iman, kegiatan budaya, dll, dan diberi nama JOGLO ANTONIO.
MENJADI PAROKI PENUH
TERHITUNG MULAI 1 AGUSTUS 2012
SURAT KEPUTUSAN USKUP AGUNG SEMARANG
MGR. J. PUJASUMARTA
TERHITUNG MULAI 1 AGUSTUS 2012
SURAT KEPUTUSAN USKUP AGUNG SEMARANG
MGR. J. PUJASUMARTA
Perayaan Ekaristi syukur peresmian menjadi Paroki, dipimpin oleh Mgr. J. Pujasumarta bersama 26 imam. Dalam Perayaan Ekaristi itu juga bersyukur karena 50 tahun imamat Rm. I. Jayasewaya dan 25 tahun imamat Rm. Triwahyono (pastor kapelan di Nandan sejak 2008) bersama 4 Romo teman seangkatana tahbisan. Dalam Perayaan Ekaristi itu pula diterimakan Sakramen Krisma kepada 88 orang.
Mgr. J. Pujasumarta berfoto bersama beberapa anak yang baru menerima Sakramen Krisma di Paroki St. Alfonsus Nandan
BAPTISAN - INDIKATOR SEMANGAT MEWARTAKAN INJIL, KATEKUMENAT DAN PERTUMBUHAN GEREJA
BAPTISAN BAYI - SEMANGAT IMAN KATOLIK DALAM KELUARGA-KELUARGA KATOLIK ADALAH PEMBANGUNAN BATU-BATU HIDUP GEREJA PAROKI
Rm. Triwahyono Pr - baptisan bayi
KOMUNI PERTAMA - INDIKATOR KUALITAS PEMBINAAN IMAN KATOLIK DI PAROKI
Rm. J Jayasewaya Pr- dan anak-anak Komuni Pertama
GENERASI MUDA GEREJA PENGEMBANG MASA DEPAN
Orang Muda Katolik umat Nandan pada hari Jumat Suci 2005 setelah dramatisasi Jalan Salib di halaman dan dalam gedung gereja Nandan
POSKO BANTUAN KORBAN BENCANA - INDIKATOR GEREJA YANG HIDUP DAN MELAKSANAKAN AJARAN SOSIAL GEREJA KATOLIK
POSKO BANTUAN KORBAN BENCANA - INDIKATOR GEREJA YANG HIDUP DAN MELAKSANAKAN AJARAN SOSIAL GEREJA KATOLIK
Korban letusan Gunung Merapi pada Desember 2009 terlalu banyak orang mengungsi.
Sebagai Gereja yang mengamalkan semangat Ajaran Sosial Gereja Katolik dan semangat Ekaristi Keuskupan Agung Semarang dg semboyan : PEDULI DAN BERBAGI, umat paroki Nandan (OMK, Bapak, Ibu, para Bruder, bahu-membahu untuk peduli dan berbagi menolong pengungsi korban bencana alam dengan mendirikan POSKO bantuan korban bencana.
Paguyuban Seni Slawatan Katolik (SLAKA St. Yosep) dari Umat Nandan
Kenangan nostalgia pada tahun 1997, umat Nandan yang waktu itu sudah tua berkumpul dan bernostalgia bersama Rm. Mangunwijaya di rumah Bpk. Wintolo. Dan kiranya bisa menjadi wasiat Rm. Mangun untuk Umat Nandan. Rm. Mangun berkata: "Kadang kala awam menutupi sinar rembulan, meski menjadi agak gelap, tetapi sinar bintang-bintang menjadi lebih nampak" - maknanya: kalau tokoh umat yang sudah tua mengundurkan diri, maka bintang-bintang dari umat muda akan bermunculan.
adalah hal penting dalam membangun daya hidup Gereja Paroki
BACA KISAH SANTO ALFONSUS MARIA DE LIGUORI
PELINDUNG PAROKI NANDAN
dengan klik DI SINI
Mendalami LITURGI, baca dengan klik di sini dan kemudian klik DI SINI